DOKTER MEMERIKSA

DOKTER MEMERIKSA

Rabu, 11 Desember 2013

PERILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perilaku Percobaan Bunuh Diri

1. Definisi Percobaan Bunuh Diri (Suicide Attempt)
        Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium”, dengan 
“sui” yang berarti sendiri dan “cidium” yang berarti pembunuhan. Schneidman 
mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang 
ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri 
sebagai solusi terbaik dari sebuah isu.  Dia mendeskripsikan  bahwa  keadaan 
mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit 
psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat 
bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang 
bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).
        Dari aliran eksistensial, Baechler mengatakan bahwa bunuh diri mencakup 
semua perilaku yang mencari penyelesaian atas suatu masalah eksistensial dengan 
melakukan percobaan terhadap hidup subjek (dalam Maris dkk., 2000). 
Menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa disebut 
bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun demikian, 
intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan, karena intensi sangat variatif dan 
bisa mendahului  , misalnya untuk mendapatkan perhatian, membalas dendam,
mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan sebagai penderitaan, atau mengakhiri 
hidup. 

       Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri 
memiliki 4 pengertian, antara lain:

1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
        Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa bunuh diri
secara umum adalah perilaku membunuh diri sendiri dengan intensi mati sebagai
penyelesaian atas suatu masalah.
        Memiliki sedikit definisi yang berbeda, percobaan bunuh diri dan bunuh
diri yang berhasil dilakukan memiliki hubungan yang kompleks (Maris
dkk.,2000).  Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi dan komorbid antara
etiologi kedua perilaku tersebut. Di samping itu, kebanyakan pelaku bunuh diri
melakukan beberapa percobaan bunuh diri sebelum akhirnya berhasil bunuh diri.
Beck (dalam Salkovskis, 1998) mendefinisikan percobaan bunuh diri sebagai
sebuah situasi dimana seseorang telah melakukan sebuah perilaku yang
sebenarnya atau kelihatannya mengancam hidup dengan intensi menghabisi
hidupnya, atau memperlihatkan intensi demikian, tetapi belum berakibat pada
kematian.Dengan demikian, yang dimaksud dengan percobaan bunuh diri adalah
upaya untuk membunuh diri sendiri dengan intensi mati tetapi belum berakibat
pada kematian.

2. Metode Bunuh Diri
        Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (dalam Maris
dkk., 2000).  Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk melaksanakan
intensi mati. Sedangkan pada fungsi yang kedua, Richman percaya bahwa metode
memiliki makna khusus atau simbolisasi dari individu.

        Secara umum, metode bunuh diri terdiri dari 6 kategori utama yaitu:

1. obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)
2. menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)
3. senjata api dan peledak
4. menenggelamkan diri
5. melompat
6. memotong (menyayat dan menusuk)

3. Faktor Penyebab Bunuh Diri

        Bunuh diri bukanlah merupakan satu hal tetapi terdiri dari banyak
fenomena yang tumpang tindih. Oleh sebab itu, tidak ada satupun kasus bunuh
diri yang memiliki etiologi yang sama (Maris dkk.,2000). Schneidman menyebut
bunuh diri sebagai hasil dari “psychache”. Psychache merupakan rasa sakit dan
derita yang tidak tertahankan  dalam jiwa dan pikiran.  Rasa sakit tersebut pada dasarnya berasal dari jiwa seseorang ketika merasakan secara berlebih rasa malu,
rasa bersalah, penghinaan, kesepian, ketakutan, kemarahan, kesedihan karena
menua, atau berada dalam keadaan sekarat (dalam Maris dkk., 2000). Di samping
itu, Mann dari bidang psikiatri mengatakan penyebab bunuh diri berada di otak,
akibat kurangnya tingkat 5-HIAA, reseptor post-sinapsis, dan pertanda biologis
lainnya (dalam Maris dkk., 2000).
        Tidak ada faktor tunggal pada kasus bunuh diri, setiap faktor yang ada
saling berinteraksi. Namun demikian, tidak berarti bahwa seorang individu yang
melakukan bunuh diri memiliki semua karakteristik di bawah ini. Berikut
beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada kasus bunuh diri yang
berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di antaranya (Maris, dalam Maris
dkk.,2000; Meichenbaum, 2008):

1. Major-depressive illness, affective disorder
2. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh
memiliki level alkohol dalam darah yang positif)
3. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri
4. Sejarah percobaan bunuh diri
5. Sejarah bunuh diri dalam keluarga
6. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan
7. Hopelessness dan cognitive rigidity
8. Stresor atau kejadian hidup yang  negatif (masalah pekerjaan, pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan
dengan kelompok teman yang suicidal)9. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas
10. Rendahnya tingkat 5-HIAA
11. Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia global,
halusinasi perintah)
12. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan
bunuh diri)
13. Akses pada media untuk melukai diri sendiri
14. Penyakit fisik dan komplikasinya
15. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas

4. Penjelasan Bunuh Diri

        Penjelasan-penjelasan dari perspektif yang berbeda berikut hendaknya dipandang
sebagai satu kesatuan dalam memahami perilaku bunuh diri yang kompleks.

1. Penjelasan Psikologis
        Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk
penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama didasarkan
pada Freud yang menyatakan bahwa “suicide is murder turned around 180
degrees”, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan kehilangan seseorang
atau objek yang diinginkan.  Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan
bunuh diri mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia
merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap untuk menghukum
atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut. Meskipun individu
mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif
diri terjadi.
       Penjelasan kedua memandang masalah bunuh diri pada dasarnya adalah
masalah kognitif. Pada pandangan ini, depresi merupakan faktor kontribusi yang
sangat besar, yang khususnya diasosiasikan dengan  hopelessness. Fokus
pandangan ini terletak pada penilaian negatif yang dilakukan oleh suicidal person
terhadap diri, situasi sekarang, dunia, dan masa depan. Sejalan dengan penilaian
ini, pikiran yang rusak muncul. Pikiran ini seringkali otomatis, tidak disadari, dan
dicirikan oleh sejumlah kesalahan yang mungkin. Beberapa diantaranya begitu
menyeluruh sehingga membentuk distorsi-distorsi kognitif.
Beck (dalam Pervine, 2005) memperkenalkan model kognitif depresi yang
menenkankan bahwa seseorang yang depresi secara sistematis salah menilai
pengalaman sekarang dan masa lalunya. Model ini terdiri dari 3 pandangan
negatif mengenai diri, dunia, dan masa depan. Dia memandang dirinya tidak
berharga dan tidak berguna, memandang dunia menuntut terlalu banyak darinya,
dan memandang masa depan itu suram. Ketika skema kognitif yang disfungsional
(automatic thoughts) ini diaktifkan oleh kejadian hidup yang menekan, individu
beresiko melakukan bunuh diri.
        Penjelasan ketiga menyatakan bahwa perilaku bunuh diri itu dipelajari.
Teori ini berpendapat bahwa sebagai seorang anak, individu suicidal belajar untuk
tidak mengekspresikan agresi yang mengarah keluar dan sebaliknya membalikkan
agresi tersebut menuju pada dirinya sendiri. Di samping itu, sebagai akibat dari
reinforcement negatif, individu tersebut menjadi depresi. Depresi dan kaitannya dengan perilaku bunuh diri atau mengancam hidup lainnya bisa dilihat sebagai
reinforcer positif, karena menurut pandangan ini individu dipandang tidak dapat
bersosialisasi dengan baik dan belum mempelajari penilai budaya terhadap hidup
dan mati.
Sebagai tambahan, Jamison (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003)
mengemukakan bahwa psikopatologi adalah elemen  paling umum pada perilaku
bunuh diri. Dia percaya bahwa sakit mental memainkan suatu peranan penting
pada perilaku bunuh diri. Beberapa kondisi psikopatologis yang difokuskannya
adalah  mood disorder,  schizophrenia,  borderline dan  antisocial personality
disorder, alkoholik, dan penyalahgunaan obat-obatan.

2. Penjelasan Biologis
        Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis
yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada
gangguan pada level serotonin di otak,  dimana serotonin diasosiasikan dengan
perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku bunuh
diri merupakan bawaan lahir, dimana orang yang suicidal mempunyai keluarga
yang juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun demikian, hingga
saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan berhubungan secara langsung
dengan perilaku bunuh diri.

3. Penjelasan Sosiologis
        Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang
perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan masyarakatnya,
yang menekankan apakah individu terintegrasi dan teratur atau tidak dengan masyarakatnya. Berdasarkan hubungan tersebut, Durkheim (dalam Corr, Nabe, &
Corr, 2003) membagi bunuh diri menjadi 4 tipe yaitu:

1. Egoistic Suicide
        Inidividu yang bunuh diri di sini adalah individu yang terisolasi dengan
masyarakatnya, dimana individu mengalami  underinvolvement dan
underintegration. Individu menemukan bahwa sumber daya yang dimilikinya
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, dia lebih  beresiko melakukan perilaku
bunuh diri.

2. Altruistic Suicide
        Individu di sini mengalami  overinvolvement dan  overintegration.  Pada situasi
demikian, hubungan yang menciptakan kesatuan antara individu dengan
masyarakatnya begitu kuat sehingga mengakibatkan  bunuh diri yang dilakukan
demi kelompok. Identitas personal didapatkan dari identifikasi dengan
kesejahteraan kelompok, dan individu menemukan makna hidupnya dari luar
dirinya. Pada masyarakat yang sangat terintegrasi, bunuh diri demi kelompok
dapat dipandang sebagai suatu tugas.

3. Anomic Suicide
        Bunuh diri ini didasarkan pada bagaimana masyarakat mengatur anggotanya.
Masyarakat membantu individu mengatur hasratnya (misalnya hasrat terhadap
materi, aktivitas seksual, dll.). Ketika masyarakat gagal membantu mengatur
individu karena perubahan yang radikal, kondisi  anomie (tanpa hukum atau
norma) akan terbentuk. Individu yang tiba-tiba masuk dalam situasi ini dan
mempersepsikannya sebagai kekacauan dan tidak dapat ditolerir cenderung akan melakukan bunuh diri. Misalnya remaja yang tidak mengharapkan akan ditolak
oleh kelompok teman sebayanya.

4. Fatalistic Suicide
        Tipe bunuh diri ini merupakan kebalikan dari  anomic suicide, dimana individu
mendapat pengaturan yang berlebihan dari masayarakat. Misalnya ketika
seseorang dipenjara atau menjadi budak.

B. Pikiran Bunuh Diri (Suicidal Ideation)

1. Definisi Pikiran Bunuh Diri
        Pikiran bunuh diri adalah pikiran untuk membunuh diri sendiri tanpa
melakukan bunuh diri secara eksplisit. Sedangkan suicide ideators adalah orang
yang memikirkan atau membentuk intensi untuk bunuh diri yang bervariasi
derajat keseriusannya tetapi tidak melakukan percobaan bunuh diri secara eksplisit
atau bunuh diri (Maris dkk.,2000). Pikiran bunuh diri bervariasi mulai dari yang
non-spesifik (“Hidup ini tidak berarti”), yang spesifik (“Saya berharap saya
mati”), pikiran dengan intensi (“Saya akan membunuh diri saya”), sampai pikiran
yang berisi rencana (“Saya akan membunuh diri saya sendiri dengan pistol”).
        Pikiran bunuh diri paling sering diasosiasikan dengan gangguan depresi
(Maris dkk., 2000). De Catanzaro (dalam Maris dkk., 2000) menemukan bahwa
antara 67% hingga 84% pikiran bunuh diri bisa dijelaskan dengan masalah
hubungan sosial dan hubungan dengan lawan jenis, terutama yang berkaitan
dengan loneliness dan  perasaan membebani keluarga. Adapun dua motivasi yang
paling sering muncul dalam pikiran bunuh diri adalah untuk melarikan diri dari masalah dalam kehidupan dan untuk membalas dendam pada orang lain (Maris,
dalam Maris dkk., 2000)
        Intensi  merupakan komponen yang penting dalam pikiran bunuh diri
sekaligus merupakan konsep dalam bunuh diri yang paling susah diukur (Maris
dkk., 2000). Jobes, Berman , dan Josselman  telah mendaftar beberapa kriteria
agar intensi bunuh diri dapat diukur. Beberapa kriteria tersebut adalah pernyataan
verbal yang eksplisit, percobaan bunuh diri yang pernah dilakukan, persiapan
untuk mati, hopelessness, dan lain sebagainya (dalam Maris dkk., 2000).

2.Karakteristik Pikiran Bunuh Diri
        Ketika seseorang mengalami distres psikologis, pikirannya menjadi lebih
kaku dan bias, penilaian menjadi absolut, dan pandangan tentang diri, dunia, dan
masa depan menjadi susah diubah (Weishaar, dalam Salkovskis, 1998). Weishaar
juga berpendapat bahwa kesalahan logika atau distorsi kognitif mengubah
persepsi ke arah yang negatif dan menyebabkan kesimpulan yang salah.
Menurut Ellis dan Rutherford (2008), beberapa karakteristik pikiran bunuh
diri antara lain:

1.  Executive Functioning: Cognitive Rigidity, Dichotomous thinking, dan
Deficient Problem-Solving
        Cognitive rigidity adalah karakteristik kognitif dimana individu melihat
dirinya dan orang lain sebagai baik atau buruk, memilih antara kesedihan atau
kematian, dimana individu susah atau tidak mungkin dapat berpikir fleksibel
untuk mencari solusi atas masalah yang sedang dihadapi. Individu yang memiliki pikiran bunuh diri susah untuk membayangkan adanya alternatif untuk
penderitaannya. Marzuk, Hartwell, Leon, dan Poetra (dalam Ellis & Rutherford,
2008), menyatakan bahwa  cognitive rigidity merupakan karakteristik yang
mendasari dichotomous thinking dan problem-solving deficit.
Karakteristik kedua dari fungsi eksekutif adalah  dichotomous (black or
white)  thinking, dimana individu berpikir secara kutub seperti baik dan buruk,
berhasil dan gagal, dan lain sebagainya.
        Kurangnya kemampuan menyelesaikan masalah (problem-solving deficit)
diasosiasikan dengan dua karakteristik di atas, karena ketidakmampuan
menghasilkan solusi alternatif telah dibuktikan berhubungan dengan baik dengan
masalah impersonal atau masalah interpersonal (Levenson & Neuringer, dalam
Ellis & Rutherford, 2008). Schotte, Cools, dan Pyvar (dalam Ellis & Rutherford,
2008) menambahkan bahwa ketidakmampuan menyelesaikan masalah
interpersonal merupakan penghubung antara depresi,  hopelessness, dan intensi
bunuh diri. Penyebab  problem-solving deficit belum banyak dipelajari. Namun,
dua faktor yang pasti menentukan adalah overgeneral autobiographical memory
(Pollock & Williams, dalam Ellis & Rutherford, 2008) dan saraf yang terdapat di
otak.  Overgeneral autobiographical memory  berguna dalam mengingat situasi
masalah yang mirip yang dialami di masa lalu. Keilp (dalam Ellis & Rutherford,
2008), menemukan bahwa pasien dengan sejarah percobaan-percobaan bunuh diri
menunjukkan ketidakberfungsian saraf yang besar, dan ketidakberfungsian ini
lebih besar pada pelaku percobaan yang high-lethality.

2. HopelessnessHopelessness didefinisikan sebagai harapan individu bahwa kejadian
negatif akan terjadi  di masa depan  dan dia akan terus gagal dalam mencapai
tujuannya.
        Melalui penelitian yang dilakukan, Minkoff, Bergman, dan Beck
(dalam Ellis & Rutherford, 2008) menyatakan hopelessness merupakan penengah
antara depresi dan kecenderungan bunuh diri.  Hopelessness juga berhubungan
dengan perilaku bunuh diri tanpa variabel depresi (Steer, Kumar, & Beck, dalam
Ellis & Rutherford, 2008). Di samping itu, kejadian hidup yang negatif dapat
memprediksi munculnya hopelessness (Yang & Clum, dalam Ellis & Rutherford,
2008).

3. Alasan untuk hidup
        Alasan untuk hidup menunjukkan kemampuan individu menyatakan
pernyataan-pernyataan baik secara eksplisit atau dalam dirinya sendiri untuk
bertahan hidup. Individu yang memiliki pikiran bunuh diri biasanya susah untuk
menyatakan alasan untuk hidup.  Linehan telah mengembangkan RFL (Reasons
for Living) yang merupakan alat untuk membedakan alasan hidup pada individu
suicidal dan  non-suicidal yang hasilnya dapat diasosiasikan dengan beberapa
variabel, termasuk diantaranya intensi bunuh diri (Linehan, Goodstein,  &
Nielsen, dalam Ellis & Rutherford, 2008).

4. Perfectionism
        Perfeksionisme, yaitu penentuan harapan yang tinggi, telah dikenal sebagai
faktor resiko melakukan bunuh diri.  Penentuan harapan yang tidak realistis ini
mengakibatkan  self-criticism.  Perfeksionisme dapat dibagi menjadi tiga jenis,
diantaranya  self-oriented (menetapkan standar yang tidak realistis untuk diri sendiri),  other-oriented (menuntut kesempurnaan dari orang lain), dan  socially
prescribed (mempercayai bahwa orang lain mengharapkan dirinya sempurna).
Dari ketiga jenis perfeksionisme ini, jenis socially prescribed dan self-oriented
berkaitan erat dengan kecenderungan bunuh diri.

5. Konsep diri
        Markus (dalam Weiten & Lloyd, 2006) menyatakan bahwa konsep diri
adalah kumpulan kepercayaan seseorang mengenai dirinya.  Konsep diri ini
terbentuk dari pengalaman masa lalu dan berhubungan dengan trait kepribadian,
kemampuan, karakteristik fisik, nilai, tujuan, dan peran sosial (Campbell,
Assanand, & DiPaula, dalam Weiten & Lloyd, 2006).
         Di samping itu,  Swann  mengemukakan bahwa orang yang mempunyai skema diri yang negatif selalu  mencari informasi yang mengkonfirmasi skema negatif tersebut(self-verification)
(dalam Pervine, Cervone, & John, 2005).
        Salah satu fungsi konsep diri yaitu untuk menilai diri sendiri, atau yang
lebih sering disebut dengan harga diri (self-esteem). Harga diri merupakan
penilaian keseluruhan seseorang terhadap keberhargaan dirinya sebagai seorang
manusia (Weiten & Lloyd, 2006). Jika seseorang memandang dirinya secara
positif (konsep diri positif), maka dia akan memiliki harga diri yang tinggi, begitu
juga sebaliknya (Weiten & Lloyd, 2006). Di samping itu, pola asuh orang tua
berperan dalam pembentukan harga diri, dimana pola asuh  authoritative
diasosiasikan dengan harga diri yang tinggi, dan pola asuh neglected diasosiasikan
dengan harga diri yang rendah (Furnham & Cheng, dalam Weiten & Lloyd, 2006). Konsep diri yang negatif telah dibuktikan merupakan faktor resiko kecenderungan
bunuh diri tanpa variabel karakteristik kognitif lainnya.

6. Ruminative Response Style
        Gaya berpikir merupakan faktor resiko terjadinya depresi, dan  depresi
merupakan prediktor yang kuat dalam perilaku bunuh diri (Tanney, dalam Ellis &
Rutherford, 2008).  Ruminative response style adalah gaya berpikir yang secara
terus menerus berfokus pada mood negatif dan implikasinya.  Gaya berpikir ini
terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk pasif (brooding) dan bentuk aktif (reflection)
(Chan, Miranda, & Surrence, 2009). Brooding merupakan sebuah perbandingan
pasif antara situasi sekarang dengan standar yang tidak tercapai, sedangkan
reflection merupakan gaya berpikir adaptif yang berfokus pada diri dan bertujuan
untuk menyelesaikan masalah dan mengurangi simtom depresi.  Brooding dapat
memprediksi terjadinya pikiran bunuh diri dan depresi. Sedangkan,  reflection
hingga saat ini masih diprediksikan sebagai faktor protektif untuk pikiran bunuh
diri.

7. Autobiographical Memory
        Autobiographical memory merupakan memori mengenai pengalaman yang
pernah dialami dalam kehidupan seseorang. Memori ini diasosiasikan dengan
depresi, posttraumatic stress disorder , dan bunuh diri. Pelaku percobaan bunuh
diri menunjukkan kesulitan dalam tugas mengingat autobiographical memory dan
menghasilkan autobiographical memory yang tidak jelas dan umum (William &
Broadbent, dalam Ellis & Rutherford, 2008). Memori ini berkaitan dengan bunuh
diri dalam 3 hal berikut:  autobiographical memory yang terlalu umum menyebabkan episode gangguan emosional yang menetap, merusak kemampuan
menyelesaikan masalah karena pengalaman masa lalu tidak dapat digunakan
sebagai referensi untuk strategi mengatasi masalah di masa depan, dan merusak
kemampuan individu untuk membayangkan masa depan secara spesifik. Hal
tersebut dapat meningkatkan tingkat hopelessness dan kecenderungan bunuh diri
pada individu.

PENGERTIAN BUNUH DIRI DAN CONTOH ROLE PLAY




PENGERTIAN BUNUH DIRI DAN SEJARAHNYA
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar dan berhasrat bunuh diridan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibat kan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri.
Motif Bunuh Diri
Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan :
1.    Dilanda keputusasaan dan depresi
2.   Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3.   Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
4.   Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
5.   Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitharakiriu
1.    egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi),
2.   altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan
3.   anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).
Sejarah Bunuh Diri
Bunuh diri, atau “pembunuhan diri,” dipandang sebagai kematian yang terhormat di zaman kuno di bangsa Romawi. Pada abad pertengahan jumlah orang bunuh diri tinggi, namun bunuh diri dari mayat yang dimutilasi dan dikubur tidak ditempatkan dengan terhormat.
Lalu ada pula seppuku atau harakiri. Seppuku merupakan salah satu adat para samurai terutama jenderal perang pada zaman bafuku yang merobek perut mereka dan mengeluarkan usus mereka agar dapat memulihkan nama mereka atas kegagalan saat melaksanakan tugas, misalnya telah kalah berperang.
Pencegahan
  1. Kita memiliki kekuatan
  2. Cobaan tak akan melebihi batas kemampuan kita
  3. Hidup masih panjang
  4. Hidup bisa berubah

CONTOH ROLE PLAY :


DILEMA ETIKA >>>>>>> (KASUS_BUNUH_DIRI)
PEMERAN   :
1.      DOKTER
2.      PERAWAT_1
3.      PERAWAT_2
4.      PASIEN
5.      BAPAK
6.      IBU
7.      NARATOR


A.                PROLOG
Pada suatu hari, di Rumah Sakit Daerah ada seorang pasien bernama (******), dia berusia 19tahun yang mencoba melakukan tindakan bunuh diri karena nilai ujiannya tidak sesuai yang diharapkan. Dia mencoba melukai dirinya dengan menyayat tangannya dengan benda tajam. Kemudian, aksinya tersebut digagalkan oleh orang tuanya.
Bapak              : jangan nak, jangan,,, itu perbuatan dosa,,,
Ibu                   : jangan anakku, kenapa kamu seperti ini nak,,
Pasien              : pergi,, jangan mendekat,,, aku sudah tidak tahan hidup di dunia yang kejam ini, semuanya tidak adil kepadaku,,,
Bapak              : bu,, cepat panggil perawat bu,, cepat,,,
Ibu                   : iya pak,,,
(MENEMUI PERAWAT DI RUANG KEPERAWATAN)
Ibu                   : sus/mas,, tolong saya sus/mas,, anak saya mau melakukan percobaan bunuh diri,,, ayo sus/mas,, cepat,,
Perawat_1       : iya bu,, mari kita ke sana,,,. Hallo mbak, tolong hubungi dokter ke kamar no.18 ruang mawar, ada pasien yang mau melakukan tindakan bunuh diri, secepatnya mbak,,,. (sambil berlari mengikuti ibu pasien menuju ruangan)
(SAMPAI DI RUANGAN)
Perawat_1       : jangan dek,,,, . apa yang kamu lakukan,,??
Pasien              : biarin sus/mas,, saya sudah tidak kuat mengalami derita ini, saya sudah tidak            tahan hidup.
Perawat           : tapi tindakanmu ini tidak benar, jangan sampai kamu menyesal nantinya, ingatlah, masih ada orang – orang di sekelilingmu yang menyayangimu.
Pasien              : biarkan sus/mas, jangan ikut campur, pergi, biarkan aku mati, aku sudah tidak kuat. (menangis dan berontak)
(KEMUDIAN DOKTER DAN PERAWAT_2 DATANG)
Dokter             : permisi,, ada apa ini,,, kok pada rebut,,????.
Perawat_1       : ini dok, pasien mencoba untuk melakukan bunuh diri dengan menyayat tangannya.
Dokter             : benarkah itu yang dikatakan oleh suter/mas (*******) itu,,,,???.
Pasien              : iya dok, saya sudah tidak tahan dengan hidup ini.
Dokter             : letakkan pisau itu dek (*******) , jangan sampai kamu melukai dirimu sendiri, itu salah, ingatlah kedua orangtua adek yang menyayangi adek di sini, lihatlah mereka yang khawatir denganmu.
Perawat_2       : ayo dek letakkan pisaunya, kita bisa bicarakan baik-baik masalah adek, nanti biar dicarikan jalan keluarnya.
Bapak              : ayo nak, letakkan pisaunya, bicarakan baik-baik dengan dokter, biar nanti dicarikan jalan keluarnya.
Ibu                   : ayo nak, jangan begitu, letakkan pisaunya.
Pasien              : menangis (meletakkan pisau)
Dokter             : sus/mas, singkirkan pisau,gelas dan benda yang bisa membuat pasien melakukan bunuh diri lagi.
Perawat_1       : iya dok.
Dokter             : sus/mas, berikan adek (******) obat penenang.
Perawat_2       : iya dok.
Perawat_2       : (mendekati pasien). Dek (*****), ini obatnya diminum dulu biar keadaan adek tenang.
Pasien              : (meminum obat).
Perawat_2       : gimana rasanya dek????
Pasien              : sudah agak mendingan sus/mas
Perawat_2       : silahkan dokter.
Dokter             : dek (*****), apa yang kamu lakukan tadi salah. Jangan diulangi lagi ya dek (****).
Pasien              : iya dok.
Dokter             : kalau boleh tahu, dek (*****) ini muslim atau bukan…???.
Pasien              : iya dok, saya muslim.
Dokter             : tahu dosa tidak,,,???.
Pasien              : iya dok, saya tahu.
Dokter             : lalu, kenapa adek tadi mau bunuh diri..?? itu kan juga dosa..??
Pasien              : iya dok, karena saya putus asa dan saya merasa tidak adil dengan hidup ini.
Dokter             : kalau boleh tahu, apa yang membuat dek (*****) putus asa dan merasa hidup ini tidak adil buat adek,,,???.
Pasien              : saya putus asa karena nilai hasil ujian saya turun dok, dari peringkat satu turun menjadi peringkat dua, saya merasa gagal dok.
Dokter             : ouh jadi begitu. Adek tahu tidak, dulu dokter juga seperti adek, merasa tidak puas jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan. Tapi peringkat adek kan masih bagus, dari peringkat satu menjadi dua kan masih bagus dek. Coba bayangkan teman-teman adek yang kepengen pintar dan mendapat nilai seperti adek..?? apa mereka juga melakukan tindakan bunuh diri seperti adek karena merasa kurang pintar,,,??? Tidak kan,,,,????.
Pasien              : tidak dok.
Dokter             : nah, itu berarti adek salah mengenai hal itu. Adek terlalu terobsesi, makanya adek merasa kurang puas dengan hasil adek.
Pasien              : iya dok, saya tidak akan mengulanginya lagi, saya kurang bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah kepada saya, terima kasih dok, karena dokter sekarang saya jadi sadar.
Dokter             : ia sama-sama. Yasudah, kalau begitu. Sus/mas tolong adek (******) ditemani dan dibimbing ya.
Perawat_1       : iya dok.
Dokter             : sebelum saya pergi, apa ada yang ingin disampaikan oleh bapak/ibu,,???
Ibu                   : tidak ada dok, sepertinya saya sudah mengerti apa yang dialami oleh anak saya.
Bapak              : nanti biar kami coba melakukan pendekatan dan komunikasi secara kekeluargaan dok, karena mungkin selama ini kami sebagai orang tua kurang mengajarkan anak kami tentang keagamaan dok.
Dokter             : yasudah. Bapak,ibu saya permisi dulu, nanti kalau ada apa-apa, bilang saja pada suter/mas (******) nanti biar dia yang membantu.
Bapak&Ibu     : iya dok, terimakasih.
Dokter             : yasudah kalau begitu , assalamualaikum.
Semua             : waalaikumsalam.
Bapak&Ibu     : sus/mas, tolong bantu anak saya supaya dia seperti biasanya.
Perawat_1       : iya, bapak&Ibu tenang saja, saya akan berusaha semaksimal mungkin.
Ibu                   : mari kita coba bicara dengan anak saya sus/mas.
Perawat_1       : iya bu, mari.
(MENDEKATI PASIEN)
Perawat_1       : selamat pagi dek (******).
Pasien              : selamat pagi sus/mas.
Perawat_1       : sebelumnya adek sudah mengenal saya,,,???
Pasien              : belum sus/mas.
Perawat_1       : perkenalkan saya perawat (*****) yang berjaga dari jam 7.00 sampai jam 14.00 siang nanti, jadi kalau ada apa-apa adek/kedua orang tua adek bisa memanggil saya di ruang keperawatan.
Pasien              : iya sus/mas , terimakasih.
Perawat_1       : bagaimana keadaan adek setelah dokter menjelaskan bahwa tindakan adek tadi sangat salah kaprah,,,???
Pasien              : iya sus/mas, saya sadar bahwa saya keliru, saya tidak berfikir panjang tentang tindakan saya tadi.
Perawat_1       : iya dek, semua tindakan yang kita lakukan memang harus dipikir panjang terlebih dahulu sebelum nanti kita menyesal di akhirnya. Toh jika adek bunuh diri masalah dunia mungkin menurut adek akan selesai, namun asal adek tahu, Allah tidak menyukai umatnya yang putus asa apalagi bunuh diri, hidup di dunia hanya sementara dek, jadi adek harus memanfaatkan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.
Pasien              : iya sus/mas, saya mengerti, saya tidak akan melakukan perbuatan itu lagi.
Perawat           : sebelum saya tinggalkan, apa ada yang ingin disampaikan kepada saya dek (*****),,,,,????
Pasien              : saya ingin meminta maaf kepada kedua orang tua saya mas/sus.
Perawat_1       : iya silahkan.
Pasien              : bapak,ibu,, maafkan saya ya,, saya tidak memikirkan akibatnya,, maafkan saya pak,bu,, saya tidak akan mengulanginya lagi, saya janji. (MENANGIS)
Bapak&Ibu     : iya nak, kami sudah memaafkanmu, lain kali kalau ada masalah dibicarakan baik-baik ya,, jangan gegabah seperti ini lagi.
Pasien              : iya pak,bu,, .
Perawat_1       : yasudah bapak,ibu,,,, nampaknya kondisi dek (******) sudah agak mendingan, jadi saya mohon permisi dulu mau kembali ke ruang keperawatan, karena kebetulan juga waktu saya berjaga sudah habis.
Pasien              : kenapa harus diganti sus/mas,, kan kita baru kenalan, masak harus berpisah sampai disini sih,,,???? (SEDIH)
Perawat_1       : iya dek, karena ini saatnya oper tugas, adek tidak usah khawatir, besok kita akan bertemu lagi kok.
Pasien              : iya sus/mas,, terima kasih.
Perawat_1       : yasudah kalau begitu, bapak,ibu dan adek,, saya permisis dulu assalamualaikum.
Semua             : waalaikumsalam.



%%%%%%%%%%%%%%%%%%%SEKIAN%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

MAKALAH PENYEBAB MALARIA OLEH : FAHRUJ YUDHA YUNIYANTO

MAKALAH
"PLASMODIUM PENYEBAB MALARIA"

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDD
DDDDDDD
DDDD
DDDD
DDDDDDD
DDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDD
DDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DISUSUN OLEH :
FAHRUJ YUDHA YUNIYANTO (15131073)





STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AJARAN 2013/2014


_________________________________________________________________________________






PENGESAHAN

Judul   :  “ PLASMODIUM ‘PENYEBAB MALARIA’ “
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing pada :
Hari                             :
Tanggal / Bulan           :


                                                                                                            Kudus,

Mengetahui,

Pembimbing
                                                                                                                                   
Bandung., M.Pd
NIP.                                                               










ii


_________________________________________________________________________________






ABSTRAK

            Di dalam karya tulis ini terdapat beberapa penjelasan mengenai Penyebab Malaria. Misalnya di dalam karya tulis ini terdapat pengertian malaria, penyebab malaria, siklus malaria, patologi dan gejala klinis, gejala spesifik, gejala dan pola malaria, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan.
            Berdasarkan berbagai pembahasan yang diungkap dalam karya tulis ini, dapat disimpulkan bahwa diagnosis dan pengobatan dini sangat penting, terutama pada malaria falciparum, yang bisa berakibat fatal pada lebih dari 20% penderita.


















iii


_________________________________________________________________________________




KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah penulis panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan taufik, hidayah, dan inayah-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia tahun ajaran 2013/2014 di STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS.
            Penyusunan karya tulis ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari segenap pihak. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1.      Bapak Bandung., M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia.
2.      Papah dan Mamah yang telah memberikan semangat dalam belajar.
3.      Semua rekan - rekan yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.
4.      Semua pihak - pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

            Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan penulis. Maka dengan senang hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya karya tulis ini. Selanjutnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


Penulis





iv

_________________________________________________________________________________





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL  .....................................................................................          i
HALAMAN PENGESAHAN  .......................................................................          ii
ABSTRAK  ...................................................................................................            ..          iii
KATA PENGANTAR  ...................................................................................          iv
DAFTAR ISI  .................................................................................................           v
BAB 1            :           PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang  ...............................................           1         
1.2.            Masalah  ..........................................................           2
1.3.            Tujuan dan Manfaat  ......................................            2
1.3.1.   Tujuan  ................................................           2
1.3.2.   Manfaat  .............................................            2
BAB 2             :             LANDASAN TEORI
                                      2.1.     Pengertian dan Definisi Malaria   ...................           3
                                      2.2.     Konsep Dasar KIE      .....................................           3
                                                2.2.1.   Pengertian       .....................................           3
                                                2.2.2.   Tujuan KIE     .....................................           3
                                                2.2.3.   Jenis Kegiatan KIE     .........................           3
BAB 3            :            METODOLOGI
                                    3.1.      Tempat dan Waktu Pengamatan  .......................        4
                                    3.2.      Metode Pengamatan  ..........................................       4
                                    3.3.      Rancangan Pengamatan          ............................        4
                                                3.3.1.   Persiapan         ........................................        4
                                                3.3.2.   Pelaksanaan     ........................................        4
v
BAB 4            :            PEMBAHASAN DAN LAPORAN HASIL PENGAMATAN
                                    4.1.      Penyebab terjadinya Penyakit Malaria  ...........           5
                                    4.2.      Distribusi Penyakit Malaria     .........................           5
 4.3.      Cara Penginfeksian Penyakit Malaria ..............          5
                         4.4.      Siklus Hidup Plasmodium      ..........................          5
4.5.      Patologi dan Gejala Klinis Penyakit Malaria  ..          7
4.6.       Gejala Spesifik Penyakit Malaria        ..............          8
4.7.       Gejala dan Pola Penyakit Malaria       ..............          9
4.8.       Diagnosis Penyakit Malaria    ..........................          10
4.9.       Pengobatan Penyakit Malaria ..........................          10
4.10.     Pencegahan Penyakit Malaria ..........................          10
4.11.     Gambar Siklus Malaria  ...................................           11
4.12.     Gambar Proses Penginfeksian Malaria ............           12
4.13.     Gambar Cara  Menyembuhkan Malaria  .........           13
BAB 5            :            PENUTUP
5.1.      Kesimpulan  ....................................................           14
5.2.      Saran  ..............................................................           14

DAFTAR PUSTAKA  
LAMPIRAN




vi


_________________________________________________________________________________


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

      Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan peoduktivitas tenaga kerja. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama di kawasan timur Indonesia. Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria masih sering terjadi terutama di daerah yang terjadi perubahan lingkungan misalnya tambak udang atau ikan yang tak terpelihara, penebangan pohon bakau sebagai bahan bakar dan arang, muara sungai yang tersumbat yang akan menjadi tempat perindukan Nyamuk Malaria.

      Dalam menangani penderita malaria, sebagian penderita masih sering terlambat pada saat dibawa ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) seperti Puskesmas dan Rumah Sakit, sehingga menyebabkan penderita tidak tertolong lagi. Upaya pemberantasan yang dilakukan saat ini adalah menemukan penderita sedini mungkin dan langsung memberikan pengobatan. Upaya untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat telah dilakukan melalui pembentukan pos pelayanan kepada masyarakat berupa Pos Obat Desa atau dusun yang mengikutsertakan masyarakat dalam menemukan sampai mengobati kasus malaria, baik nyamuk dewasa melalui penyemprotan dinding rumah maupun pemberantasan jentik yang berada di sarang nyamuk. Penataan lingkungan sehingga jentik tidak tumbuh, atau dengan melakukan penyemprotan bahan pembunuh jentik nyamuk sangatlah penting. Selain itu, juga dilakukan upaya untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk melalui promosi penggunaan kelambu di masyarakat, penggunaan obat gosok penolak gigitan nyamuk dll.



1

_________________________________________________________________________________


1.2.      Masalah
     Dari berbagai hal yang diketahui oleh pembaca, maka penulis mengangkat berbagai permasalahan berikut ini  :
a.       Apakah Penyebab terjadinya Penyakit Malaria ...?
b.      Bagaimana Distribusi Penyakit Malaria ...?
c.       Bagaimana Cara Penginfeksian Penyakit Malaria ...?
d.      Bagaimana Siklus Hidup Plasmodium ...?
e.       Bagaimana Patologi dan Gejala Klinis Penyakit Malaria ...?
f.       Bagaimana Gejala Spesifik Penyakit Malaria ...?
g.      Bagaimana Gejala dan Pola Penyakit Malaria ...?
h.      Bagaimana Diagnosis Penyakit Malaria ...?
i.        Bagaimana Pengobatan Penyakit Malaria ...?
j.        Bagaimana Pencegahan Penyakit Malaria ...?


1.3.      Tujuan dan Manfaat
1.3.1.      Tujuan
Adapun tujuan penyusunan karya tulis ini adalah  :
a.       Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
b.      Untuk memperoleh tambahan Ilmu Pengetahuan di luar bangku perkuliahan.
c.       Untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan yang penulis dapat dari
kampus dan ikut serta mengabdi kepada masyarakat.

1.1.1.      Manfaat
Adapun manfaat penulis membahas masalah ini adalah sebagai berikut  :
a.       Mengetahui apa itu Penyakit Malaria.
b.      Mengetahui Gejala dan Penyebab Penyakit Malaria.
c.       Mengetahui Cara Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Malaria.



2

_________________________________________________________________________________




BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1.    Pengertian dan Definisi Malaria

          Malaria berasal dari bahasa Italia, yaitu mal = buruk dan area = udara. Jadi secara harfiah malaria berarti penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang buruk.
          Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.

2.2.    Konsep Dasar KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi).
          2.2.1.   Pengertian
                      KIE adalah kegiatan penyampaian materi tertentu kepada    kelompok sasaran melalui berbagai bentuk kegiatan seperti         penyuluhan atau mempergunakan media masa dengan             mempercepat tercapainya perubahan perilaku masyarakat.
          2.2.2.   Tujuan KIE
                      Tujuan KIE yaitu meningkatkan pengetahuan, membina                               mahasiswa  supaya dapat mengabdikan Ilmu Pengetahuan                                yang didpatkan di bangku perkuliahan dengan adanya                          pengamatan ini.
          2.2.3.   Jenis kegiatan KIE
                      a. KIE Masa
                      yaitu KIE dengan anggota yang sangat banyak.
                      b. KIE Kelompok
                      yaitu KIE dengan beberapa anggota.
                      c. KIE Perorangan
                      yaitu KIE  dengan individu atau perorangan.


3

_________________________________________________________________________________




BAB 3
METODOLOGI

3.1.    Tempat dan Waktu Pengamatan
          Pengamatan dilakukan pada tanggal 13 November 2013 di Puskesmas Kecamatan Gajah Demak.

3.2.    Metode Pengamatan
          Pengamatan dilakukan dengan melakukan wawancara atau tanya jawab dengan petugas atau perawat jaga dan juga dokter yang sedang bertugas saat itu, serta dengan melihat pasien penderita malaria secara langsung. Karena dengan melakukan wawancara secara langsung penulis bisa mengetahui informasi seputar Penyakit Malaria.

3.3.    Rancangan Pengamatan

          3.3.1.   Persiapan
                      Persiapan pengamatan dilakukan dengan mengumpulkan semua perlengkapan yang diperlukan.

          3.3.2.   Pelaksanaan
                      Pelaksanaan dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung atau tanya jawab dengan petugas atau perawat jaga dan juga dokter yang sedang bertugas saat itu, kemudian penulis membandingkan landasan teori yang sesuai dengan tema yang diambil.






4

_________________________________________________________________________________




BAB 4
PEMBAHASAN DAN LAPORAN HASIL PENGAMATAN

4.1. Penyebab terjadinya Penyakit Malaria.
       Malaria biasanya berkembang dengan adanya interaksi seseorang yang sehat dengan penderita, penularannya selalu bersifat sporadis, penyebab utama penularan malaria ini meliputi peperangan, perpindahan penduduk, pertumbuhan dan perkembangan bangsa, serta bepergian ke daerah endemik.

4.2. Distribusi Penyakit Malaria.
       Penyakit Malaria banyak sekali berkembang di daerah beriklim tropis (termasuk di Indonesia), iklim subtropis, dan iklim sedang karena sangat berhubungan dengan berkembangnya jentik nyamuk Anopheles.

4.3. Cara Penginfeksian Penyakit Malaria.
       Menurut Garcia dan Bruckner (1996) infeksi Plasmodium penyebab Penyakit Malaria pada seseorang bisa diakibatkan oleh beberapa cara, diantaranya :
1.      Gigitan Nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
2.      Transfusi darah dari donor penderita.
3.      Infeksi import.
4.      Infeksi kongenital.

4.4. Siklus Hidup Plasmodium.
       Menurut Garcia dkk. (1996), apabila nyamuk yang terinfeksi Plasmodium dari penderita menggigit manusia sehat, maka Sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk dimasukkan melalui luka tusuk. Dalam satu jam bentuk efektif ini terbawa oleh darah menuju hati, kemudian masuk ke dalam sel parenkim hati, dan mulai perkembangan siklus pre-eritrositik atau ekso-eritrositik primer. Sporozoit akan menjadi bulat atau lonjong dan mulai membelah dengan cepat. Hasil skizogoni tersebut adalah merozoit eksoeritrositik dalam jumlah besar.


5

_______________________________________________________________________________



            Setelah meninggalkan hati, merozoit akan melakukan perpindahan ke dalam sel darah merah (SDM) untuk melakukan siklus eritrositik. Setelah beberapa generasi siklus eritrositik, sebagian merozoid tidak berkembang menjadi skizogoni, tetapi mengembangkan diri menjadi gametosit jantan dan betina. Apabila gametosit tertelan nyamuk ketika sedang mengisap darah, gametosit akan menjadi matang dan tumbuh menjadi gamet dalam usus nyamuk. Inti mikrogamet jantan akan membelah, mikrogamet keluar dari eritrosit bergerak dan melakukan penetrasi ke mikrogamet betina (terjadi fertilisasi), hasil dari stadium fertilisasi ini disebut zigot. Zigot bergerak ke usus tengah dan tumbuh menjadi ookista. Dalam beberapa hari ookista pecah dan sporozoit akan beredar ke seluruh tubuh nyamuk, dan sebagian menuju ke kelenjar ludah. Apabila nyamuk kemudian menghisap darah orang sehat, sporozoid bersama air ludahnya akan masuk ke tubuh orang sehat tersebut, dan menjadi sakit lagi. 

4.5. Patologi dan Gejala Klinis Penyakit Malaria.
a.       Keluhan Prodromal.
       Keluhan ini dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa ; kelesuan, sakit kepala, nyeri dada tulang atau otot, anorexia(hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung
b.      Demam.
Serangan demam yang khas terdiri dari beberapa stadium ;
1.                   Stadium menggigil, dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil. Nadinya cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya menjadi biru, kulitnya kering dan pucat. Kadang-kadang disertai dengan muntah. Pada anak sering disertai kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2.                   Stadium puncak demam di mulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Luka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala semakin hebat, biasanya aada mual dan muntah , nadi berdenyut keras. Perasaan sangat haus sekali pada saat suhu naik sampai 410  C atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam.
3.                   Stadium berkeringat di mulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempatr tidur basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun, merasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 4 jam. Stadium menggil , puncak demam dan berkeringat(1,2 dan 3) biasanya di mulai antara jam 08.00 – 12.00 .
c.       Splenomegali.
       Pembesaran limpa merupakan gejala khas terutama pada malaria menahun, limpa mengeras , hitam, karena pigmen banyak di timbun dalam eritrosit dan banyak mengandung parasit.






6

_______________________________________________________________________________


d.      Anemia.
       Derajat anemia tergantung pada spesies parasit yang menyebabkannya. Anemia ini di sebabkan oleh :
1.      Sel darah merah lisis akibat siklus hidup parasit.
2.      Penghancuran sel darah merah baik yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi di dalam limfa.
3.      Penghancuran oleh sel darah merah oleh auto imun.
4.      Berkurangnya pembentukan heme.
5.      Meningkatnya fragilitas sel darah merah.
6.      Berkurangnya produksi sel darah merah dari sumsum tulang.

4.6. Gejala Spesifik Penyakit Malaria.
       Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 10-35 hari setelah parasit masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. Gejala awalnya seringkali berupa demam ringan yang hilang – timbul, sakit kepala, sakit otot dan menggigil, bersamaan dengan perasaan tidak enak badan (malaise). Kadang gejalanya diawali dengan menggil yang di oleh demam. Gejala ini berlangsung selama 2-3 hari dan sering di duga sebagai gejala flu. Gejala berikutnya dan pola penyakitnya pada keempat jenis malaria ini berbeda.
       Pada malaria falciparum bisa terjadi kelainan fungsi otak , yaitu suatu komplikasi yang di sebut malaria serebral. Gejalanya adalah demam minimal dengan suhu 400 C , sakit kepala hebat, mengantuk, delirium (mengigau) dan linglung. Malaria serebral bisa berakibat fatal. Paling sering terjadi pada bayi , wanita hamilm dan pelancong yang baru datang dari daerah maliaria .
       Pada malaria vivax, menggigau bisa terjadi jika demamnya tinggi, sedangkan gejala otak lainya tidak ada. Pada semua jenis malaria, jumlah sel darah putih total biasanya normal tetapi jumlah limfosit dan monosit meningkat. Jika tidak diobati, biasanya akan timbul sakit kuning serta pembesaran hati dan limpa . kadar gula darah rendah dan hhal ini lebih berat pada pnderita yang didalam darahnya mengandung lebih banyak parasit. Kadar gula darah bahkan bisa turun pada penderita yang diobati dengan kuinin.


7

_______________________________________________________________________________




       Jika sejumlah kecil parasit menetap didalam darah, gejala penyakit malaria bersifat menetap . gejalanya adalahsakit kepala yang timbul secara periodik, merasa tidak enak badan , nafsu makan berkurang,lelah disertai serangan menggigil dan demam.
       Gejala tersebut sifatnya lebih ringan dan seranganya berlangsung lebih pendek dari serangan pertama blackwater  fever adalah suatu komplikasi malaria yang jarang terjadi . demam ini timbul akibat pecahnya sejumlah sel darah merah. Sel yang pecah melepaskan pigmen merah atau (hemoglobin) kedalam aliran darah . hemoglobin ini dibuang melalui air kemih dan merubah warna air kemih menjadi gelap . blackwater fiver  hampir selalu terjadi pada penderita malaria falsiparum menahun , terutama yang mendapatkan pengobatan kuinin .

4.7. Gejala dan Pola Penyakit Malaria.
1 . Malaria akibat infeksi plasmodium vivax dan plasmodium ovale .
       Suatu serangan bisa dimulai secara samar-samar dengan menggigil, diikuti berkeringan dan demam yang hilang – timbul . dalam 1 minggu , akan terbentuk pola yang khas dari serangan yang hilang timbul .  suatu periode sakit kepala atau rasa tidak enak badan kan diikuti rasa menggigil . demam berlangsung selama 1-8 jam . setelah demam reda , penderita merasakan sehat sampai terjadi menggigil berikutnya . pada malaria vivax , serangan terjadi setiap 48jam.

1.         Malaria akibat infeksi plasmodium falciparum.
     Suatu serangan bisa diawali dengan menggigi.suhu tubuh naik secara bertahap kemudian tiba-tiba turun.Serangan bisa berlangsung selama 20-36 jam.Penderita tampak lebih sakit di bandingkan dengan infeksi Plasmodium vivax dan sakit kepalanya hebat....Diantara serangan(dengan selang waktu 36 - 72 jam),penderita merasa tidak enak badan dan mengalami demam ringan.

2.         Malaria akibat Plasmodium malariae
     Suatu serangan seringkali di mulai secara samar-samar, seranganya menyerupai malaria akibat Plasmodium vivax dengan selang waktu antara dua serangan adalah 72 jam.

8

_______________________________________________________________________________




4.8. Diagnosis Penyakit Malaria.
       Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejalanya,dimana terjadi serangan demam dan menggigil secara periodik tanpa penyebab yang jelas.Dugaan malaria semakin kuat jika dalam waktu 1 tahun sebelumnya,penderita telah mengunjungi daerah malaria dan dalam pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran limpa.
       Untuk memperkuat diagnosa dilakukan pemeriksaan darah guna menemukan parasit penyebabnya.Mungkin perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan karna kadar parasit di dalam darah bervariasi dari waktu ke waktu.

4.9. Pengobatan Penyakit Malaria.
       Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin.Untuk suatu serangan malaria akibat Plasmodium falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin,bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena.Pada malaria lainnya jarang terjadi resistensi terhadap klorokuin,karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin.
       Alternatif  pengobatan :
a.       Alkoloid sinkona:kinia,kinidina,sinkonidina.
b.      Turunan 4-amino kinolin:kloroquin,sontokin,amodiakin.
c.       Turunan 8-amino kinolin:primaquin,pentakin,pamakin,isopentakin.
d.      Turunan 9-amino kinolin:meflokuin,dll.

4.10.  Pencegahan Penyakit Malaria.
       Orang-orang yang tinggal di daerah malaria atau yang mengadakan perjalanan ke daerah malaria bisa melakukan hal hal berikut :
a.       Menggunakan semprotan pembasmi serangga didalam dan diluar rumah.
b.      Memasang tirai di pintu dan jendela.
c.       Memasang kawat nyamuk.
d.      Mengoleskan obat anti nyamuk dikulit.
e.       Mengrnakan pakaian yang menutupi tubuh sehingga mengurangi daerah tubuh yang digigit nyamuk.
9

_______________________________________________________________________________


f.       Obat-obatan bisa diminum untuk mencegah malaria selama melakukan perjalanan ke daerah malaria. Obat ini mulai diminum 1 minggu sebelum perjalanan dilakukan, dilanjutkan selama tinggal di daerah malaria dan satu bulan setelah meninggalkan daerah malaria. Obat yang paling sering digunakan adalah klorokuin. Tetapi banyak daerah yang memiliki spesies plasmodium falciparum yang sudah resisten terhadap obat ini .obat lainnya yang bisa digunakan adalah meflokuin dan dok sisiklin. Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak anak dibawah usia 8 tahun dan wanita hamil.

Beberapa hal yang perlu diingat mengenai malaria :
a.       Obat-obat yang digunakan dalam tindakan pencegahan tidak 100% efektif
b.      Gejalanya bisa timbul 1 bulan atau lebih setelah gigitan nyamuk terjadi.
c.       Gejala awalnya tidak spesifik dan sering kali disalah artikan sebagai influenza.
d.      Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting ,terutama pada malaria falciparum yang bisa berakibat fatal pada lebih dari 20% penderita .


4.11. Gambar Siklus Malaria.




4.12. Gambar Proses Penginfeksian Malaria.


4.13. Gambar Cara  Menyembuhkan Malaria.




Beberapa cara menyembuhkan malaria :
1. Mengkonsumsi buah manggis.
2. Memasang kelambu di kamar tidur.
3. Minum obat dan segera periksakan diri ke dokter atau puskesmas terdekat, dan bila perlu ke rumah sakit.


10

_______________________________________________________________________________



BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari berbagai permasalahan, penulis dapat menarik kesimpulan :
             Penyakit Malaria disebabkan oleh Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan Nyamuk Anopheles.

5.2. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis menambahkan saran baik kepada pembaca maupun masyarakat :
1.      Perlunya kita untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
2.      Perlunya kita waspada terhadap gejala-gejala yang menyerupai Penyakit Malaria seperti yang telah penulis sebutkan dalam pembahasan masalah tadi.
3.      Perlunya kita untuk memeriksakan diri ke klinik atau Pusat Pelayanan Kesehatan yang lainnya jika merasakan gejala-gejala tersebut.
4.      Perlunya diadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang Penyakit Malaria.












11

_______________________________________________________________________________



DAFTAR PUSTAKA

BUKU                        :
Gandahusada; Illahude dan Wita Pribadi (1998); Parasitologi Kedokteran, Edisi 3; Fakultas         Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta.
Garcia, LS dan Bruckner DA (1996); Diagnostik Parasitologi Kedokteran; Penerbit Buku             Kedokteran; EGC; Jakarta.
Albert B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P (2002). Molecular Biology of             the Cell (4th ed.). Garland,. NCBI Bookshelf) ISBN 0-8153-3218-1.

WEBSITE     :
http://www.combiphar.com/medical.php Diakses 14 November 2013.
http://www.googleweb.com Diakses 14 November 2013.
http://www.googlegambar.com Diakses 15 November 2013.
http://penyakitmalaria/.blogspot.com  Diakses 15 November 2013.
http://www.mediasehat.com/utama07.php Diakses 16 November 2013.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm Diakses 16 November 2013.

MAJALAH atau SURAT KABAR                        :
Majalah Kartini, Penyakit Malaria di Berbagai Negara di Dunia, 17 Mei 2000.
Majalah Tempo, 14 Agustus 2012.
Koran Suara Merdeka, Artikel Penyakit Malaria, 28 Desember 2012.
Harian Detik Sore, 09 Juni 2013.

ANONIM       :
Anonim. 2002. Data Obat di Indonesia edisi 10.Jakarta : Grafidian Mediapress, Jakarta.
Anonim. (2007); Farmakologi dan Terapi edisi 4. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.





12

_______________________________________________________________________________